Gambaran Pola Pemeliharaan Ayam Buras


Pola Pemeliharaan Ayam Buras 
    Dalam budidaya ayam buras dapat bertujuan untuk menghasilkan telur dan dapat juga untuk menghasilkan dagingnya saja. Untuk dapat menghasilkan telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik maka model pemeliharaannya dapat mengacu pada pemeliharaan ayam ras petelur, sedangkan untuk ayam buras “pedaging” acuannya adalah ayam ras pedaging (broiler) (Suharno, 2002 : 43).
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada perkembangan populasi ternak adalah teknik pemeliharaan.  
   Sarwono (2005 : 24-32) menyatakan bahwa usaha perbaikan budidaya ayam buras dapat dilakukan melalui program intensifikasi ayam buras (Intab) yang paket teknologinya bertumpu pada sapta usaha. Unsur-unsur saptausaha dibidang peternakan ayam buras meliputi: pemilihan bibit yang baik, pencegahan dan pemberantasan hama/penyakit, penyediaan kandang, pemberian pakan tambahan, pengelolaan produksi, penanganan pasca panen dan pemasaran/ manajemen usaha. Menurut program Intab ayam buras dapat dipelihara secara ekstensif sederhana, dan semi intensif, serta intensif. Program ini merupakan perbaikan dari pemeliharaan ayam buras secara ekstensif sederhana.
a.  Memelihara secara Ekstensif  Alamiah
    Pengelolaan secara ekstensif alamiah berarti ayam hidup diumbar di sekitar rumah, pekarangan, atau kebun. Di tempat itu ayam mencari pakan sendiri. Kadang-kadang peternak memberikan pakan tambahan berupa sisa-sisa dapur. Pada malam hari ayam di kandangkan di dapur atau bertengger di pohon-pohon sekitar rumah. Tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit sama sekali tidak diberikan. Hal itu cukup beralasan karena setiap rumah rata-rata memiliki 2-10 ekor.
b.  Memelihara Secara Ekstensif Sederhana
    Pola pemeliharaan ayam buras secara ekstensif dengan teknologi sederhana hampir mirip dengan cara pemeliharan ayam buras secara ekstensif alamiah. Bedanya, cara ini perlu menyediakan kandang untuk istirahat sekaligus pelindung ayam ketika malam hari. Lokasi umbaran biasanya berada di belakang atau samping rumah. Pertumbuhan dan perkembangan ayam sepenuhnya tergantung pada keadaan lingkungan alam. Anak ayam dibiarkan tumbuh bersama induknya. Ketika induk baru menetaskan anaknya dipelihara dalam satu kurungan. Induk tersebut diberi makan selama 2 minggu sambil menunggu anak ayam berbulu lengkap, dan kondisi badannya kuat. Dengan pemeliharaan secara intensif sederhana ini resiko kematian anak ayam berkurang. Mereka dapat hidup dengan selamat sampai dewasa  sekitar 80-90 %.
c.  Memelihara secara Semi-Intensif
    Pada dasarnya, pola memelihara semi-intensif  sama dengan cara sederhana. Perbedaannya induk tidak mengasuh anak Begitu anak ayam menetas langsung dipisah induknya. Anak ayam dipelihara atau dibesarkan di boks terbuat dari tripleks atau kayu berukuran 100 cm x 100 cm x 60 cm sampai berumur 6 minggu. Setelah itu anak ayam dilepas untuk mencari pakan sendiri di alam bebas. Pola ini menerapkan induk dikurung pada saat tertentu setelah pasca penetasan. Induk juga perludimandikan minimal 1 minggu sekali, terutama setelah menetaskan telurnya. Dengan cara ini induk cepat bertelur lagi sehingga induk dapat bertelur 6 kali/tahun.
    Kandang ayam dewasa dilengkapi sarang tempat bertelur. Sekeliling kandang dipasangi pagar agar ayam aman dan nyaman. Vaksinasi sangat penting untuk mencegah penyakit ND. Agar poduktivitas terjamin. Mutu pakan dan dosis diberikan dalam jumlah yang cukup. Hal penting yang perlu dilakukan selalu menjaga kebersihan kandang. Pada pemeliharaan semi-intensif, secara sadar pemilik telah melakukan pemilihan dan penggunaan bibit yang baik. Tatalaksana pemeliharaan tetap menggunakan cara tradisional, tetapi telah mengalami banyak perbaikan. Induk memang tetap diumbar sebelum menghasilkan telur namun setelah bertelur ayam diberi kesempatan untuk mengerami telurnya sendiri setelah menetas induk dibiarkan mengasuh anaknya dikandang sampai berumur dua minggu, selanjutnya anak ayam dilepas dan hidup berkeliaran dialam bebas, setelah menyapih anak induk akan bertelur, mengeram, dan mengasuh anak lagi.
    Pengelolaan semi intensif hanya dapat dilakukan oleh peternak dengan skala rumah tangga. Luas lahan yang dimiliki 400-500 m¬¬2  yang mampu menampung 200 ekor ayam, terdiri dari 180 ekor betina dan 20 ekor jantan.
d.    Memelihara secara intensif
     Pada pemeliharaan intensif, seluruh ayam buras dimasukkan ke kandang. Pemeliharaan anak ayam lebih intensif, begitu pula untuk ayam muda sampai dewasa. Sejak anakan sampai dewasa tidak diberi kesempatan berkeliaran di alam bebas. Ayam sejak menetas sampai menjadi ayam dewasa produktif terus-menerus terkurung di kandang. Jadi, selama diperlukan, ayam tidak diberi kesempatan untuk lepas bebas berkeliaran. Bahkan untuk tujuan menghasilkan telur konsumsi ayam produktif terpaksa dikandangkan dikandang baterai yang sempit. Nasibnya, persis seperti ayam ras petelur.
Pemeliharaan anak ayam secara intensif ditujukan pada DOC  yang baru menetas sampai ayam berumur 6 minggu. Anak ayam dibesarkan dlam boks terbuat dari triplek atau kayu berukuran 100cmx100cmx 60cm. Ayam dipelihara dikandang, tidak dibiarkan lepas di pekarangan atau kebun untuk mencarai pakan sendiri. Ayam diberi pakan berupa campuran konsentrat dan dedak atau jagung dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kebutuhan nitrisi.
    Cara pemeliharaan ini tentu saja butuh modal besar. Pemilik perlu mengatur waktu untuk memeliharanya. Misalnya waktu untuk memberi pakan dan minum. Kelebihannya, ayam dapat dipelihara dalam jumlah besar. Biaya produksi seperti pembelian pakan, obat-obatan dan upah tenaga kerja cukup besar. Tanah untuk kandang dan pemeliharaan ayam harus tersedia. Oleh karenanya, untung rugi sangat tergantung pada pengelolaan pemilik dalam mengatur biaya produksi dan harga jual.
Dalam pemeliharaan ini, induk dipaksa bertelur sebanyak-banyaknya tanpa diberi kewajiban untuk mengerami telurnya. Setiap telur yang dihasilkan dipungut dan dikumpulkan dalam rak telur.  Begitu menunjukkan gejala mengeram, induk segera dimandikan. Dengan menghilangkan sifat mengeram, ayam buras bertelur 16 periode/tahun.
    Pemeliharaan ayam kampung  yang seadanya di desa memang berlatar belakang sosial dan pengetahuan masyarakat desa itu sendiri. Siapa pun sulit berkilah, bila memang kehidupan mereka di desa sederhana, sudah dapat diduga perhatiannyaternak yang dipeliharanya tidak ada. Kecuali bila mereka sudah menyadari benar bahwa ayam kampung yang dipeliharanya benar-benar mempunyai fungsi sebagai tabungan bagi mereka. Alasan inilah yang sering dijadikan titik tolak perbaikan sistem pemeliharaan ayam kampung bagi para penyuluh di desa-desa. Dengan mengajukan manfaat-manfaat secara ekonomis bagi kehidupan pemilik, maka penyuluh – penyuluh banyak memperoleh kemajuan untuk meningkatkan kesadaran pemilik (Rasyaf, 2004 : 38-39).

This entry was posted in

One Response so far.

  1. Anonymous says:

    Thank's Infonya Bray .. !!!

    www.bisnistiket.co.id

Leave a Reply

Translate