BUDIDAYA KEPITING: PENDAPATAN EKONOMI FANTASTIK
Oleh: Fuad Lukman
Oleh: Fuad Lukman
Saat ini Indonesia merupakan produsen ikan terbesar ke-6 dengan volume produksi 6 juta ton/tahun (Fao, 2003). Bila mampu meningkatkan produksi perikanan budidaya, maka Indonesia bisa menjadi produsen perikanan terbesar di dunia. Catatan ini relative tidaklah berlebihan, karena China saja, yang luas laut dan panjang garis pantainya hanya setengah dari yang dimiliki Indonesia, mampu menjadi produsen ikan nomor wahid dengan total produksi 41 juta ton/tahun. Hal ini dikarenakan China lebih focus pada usaha budidaya.
Seperti yang sering dikatakan oleh Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, Made L. Nurdjana, bahwa perikanan budidaya merupakan sleeping giant for Indonesian economic. Memang bila benar-benar diperhatikan dan dikelola dengan baik, dampaknya akan sangat besar bagi kesejahteraan Masyarakat kita.
Salah satu komoditas perikanan budidaya yang saat ini masih terbuka permintaannya adalah kepiting. Komoditas ini sangat prospektif untuk terus dikembangkan, baik kepiting bakau maupun rajungan. Keduanya adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Lihat saja kebutuhan kepiting dan rajungan tiap bulannya, untuk kebutuhan restoran-restoran di Amerika saja setiap bulannya mencapai 450 ton. Dan jumlah itu sampai saat ini belum dapat dipenuhi. Pasalnya, produksi budidaya saat ini baru bias mengkontribusi sebesar 1 ton setiap bulannya. Padahal, Negara yang menjadi tujuan ekspor kepitin bukan hanya amerika saja tetapi juga Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah Negara dikawasan Eropa bahkan China yang merupakan penghasil perikanan terbesar.
Ada salah satu daerah yang selalu dikaitkan dengan kepiting yaitu Pallime. Daerah ini merupakan sebuah desa kecil yang terletak di muara sungai Cenrana Kabupaten Bone (Sulawesi Selatan). Kepiting Pallime tidak saja terkenal dalam lingkup nasional, dimata dunia pun Pallime identik dengan kepiting bakau. Berdasrkan catatan KADIN (Kamar Dagang Indonesia), Sulawesi Selatan selama ini hanya menyumbang sekitar 538,92 ton atau 2,9% dari total ekspor kepiting Indonesia (sebanyak 18.848 ton), artinya jumlah tersebut sangat kecil bila dibandingkan potensi kepiting yang ada di Sulawesi selatan. Namun demikian, dengan jumlah produksi sebesar itu mampu meraup devisa sebesar AS$ 26 juta atau lebih dari Rp 230 miliar.
Tak cuma Palime yang merasakan manisnya hasil budidaya kepiting. Kecamatan Duduk Sampeyan (Kab. Gresik), pun ikut merasakan manisnya budidaya kepiting. Petani dari kecamatan ini membeli anak kepiting dari para penangkap kepiting alam dengan harga Rp. 10.000/kg yang rata2 berisi 15 kepiting. Setelah digemukkan selama 1 bulan, harganya pun meningkat menjadi Rp. 24.000/kg jika dihitung dalam satuan kilogram, beratnya bertambah menjadi 1 kg dari 10 kepiting. Padahal masyarakat dikecamatan ini hanya menggunakan keramba ukuran 1 x 2 meter, dengan kedalaman 1 meter. Tiap keramba bias menampung 75 kg kepiting, dengan harga pembelian Rp. 75.000, ketika dijual sebulan kemudian berat kepiting bertambah 125 kg, dengan asumsi harga Rp. 24.000/kg, maka petani memperoleh pendapatan sekitar Rp 3 juta, berarti dengan membudidayakan hanya sebulan, petani memperoleh penghasilan Rp 2,5 juta. Ditingkat internasioal harga kepiting bisa mencapai Rp. 80 ribu/kg (coba bayangkan dengan harga begitu, pendapatan bias diperkirakan sampai berapa yaaa?.
Dari beberapa deksripsi penjelasan diatas bisa dilihat bahwa budidaya kepiting sangat prospektif untuk dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia, selama wilayah tersebut memiliki lahan tambak air payau, mengikuti kutipan Dr. Jusni SE, salah satu dosen pengajar di Universitas Hasanuddin Makassar, pernah mengatakan kepada saya bahwa memilih usaha dalam bentuk apapun dan mau melihat keberlangsungan usaha yang bias mendongkrak perekonomian Negara ini dan pelaku usaha adalah bagaimana memilih usaha dengan komoditas yang prospektif agar usaha tersebut berjangka panjang. Melihat hal tersebut budidaya kepiting memang sangat potensial sekali untuk dicoba di seluruh wilayah Indonesia. Mudah-mudahan dengan membaca tulisan ini bias bermanfaat untuk pelaku usaha agar mendokrak semangatnya untuk mengembangkan usaha ini.