Pertanian modern yang bertumpu pada pasokan eketernal berupa bahan-bahan kimia buatan (pupuk dan pestisida), menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Sebagai alternatif penanggulangan krisis pertanian di jaman modern ini adalah bagaimana penerapan pertanian organik bisa diterapkan oleh masyarakat petani. Budidaya organik memiliki kegunaan meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi.
Pemanfaatan pupuk organik mempunyai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk organik berdaya amliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung, bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekosistem tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan.
Berdasarkan uraian penjelasan diatas, penulis akan memberikan penjelasan secara dekreptif bagaimana praktik sistem penerapan pertanian organik yang bisa di adopsi masyarakat petani Indonesia saat ini”
Sejarah Pertanian Organik
Di tahun 1930an dan awal 1940an, pakar botani terkemuka Sir Albert Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan pertanian organik. Howard terinspirasi dari pengalaman mereka mengenai metode pertanian tradisional di India, pengetahuan mereka mengenai biodinamika, dan latar belakang pendidikan mereka. Sir Albert Howard dapat dikatakan sebagai 'bapak pertanian organik' karena ia yang pertama kali menerapkan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian tradisional dan alami. Diantara yang ia perhatikan adalah kesinambungan pertanian tradisional yang menekankan pada aspek kesehatan dan kesuburan dengan kelestarian lingkungan dan kesehatan tanaman.
Dalam perjalanannya dia mengembangkan pertanian organik dan menghasilkan teknik-teknik pertanian organik yang dijadikan jurnal pertanian organik dan dikembangkan di berbagai Negara seperti di Indonesia. Selain itu, Howard membuat beberapa buku tentang pertanian organik, diantaranya Warisan Pertanian, Produk Limbah Pertanian, Bertani dan Berkebun untuk Kesehatan atau Penyakit, Tanah dan Kesehatan Sebuah Studi Pertanian Organik. Buku-buku tersebut yang terus menjadikan pertanian semakin berkembang di dunia.
Penerapan Pertanian Organik Di Indonesia
Beberapa sistem budidaya organik sederhana sebagai bentuk penerapan pertanian organik yang bisa diadopsi oleh petani di Indonesia, antara lain:
1) Penerapan Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan elemen penting dalam menjalankan sistem pertanian organik sebagai pengganti pupuk kimia pada pertanian konvensional. Pupuk organik ramah terhadap lingkungan karena bahan-bahannya berasal dari limbah pertanian, peternakan (kotoran hewan), limbah penggergajian kayu, limbah cair, rumput laut, dan lain-lain. Limbah pertanaman sebagai pupuk organik bisa dibuat hingga menjadi pupuk yang siap pakai dengan komposisi atau campuran tertentu bersama bahan-bahan lainnya. Pemanfaatan kotoran dan limbah ternak sebagai sumber pupuk organik, biasa disebut sebagai pupuk kandang.
Pupuk kandang bisa berbentuk kering atau cair. Pengolahan limbah organik bisa juga dimanfaatkan untuk kompos. Selama proses pengomposan, akan terjadi proses mikrobiologis yang nantinya akan muncul mikroba-mikroba aktif sehingga bisa diaplikasikan pada lahan untuk meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah.
Teknik yang terkenal dalam pengelolaan kompos adalah Bokashi. Produktivitas tanah dapat ditingkatkan hanya melalui pengelolaan lahan, tanah, dan tanaman secara terpadu. Usaha untuk memperbaiki produktivitas tanah dengan memperhatikan semua faktor yang berpengaruh dikenal sebagai membangun tanah secara terpadu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan terkait dengan hal tersebut adalah membangun kesuburan tanah, pengelolaan nutrisi/hara terpadu yang kemudian dikenal sebagai Sistem Gizi Tanaman Terpadu (SGTT).
2) Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu
Praktik pertanian organik bisa dikembangkan melalui pengelolaan tanaman terpadu, misalnya: budidaya lorong (Alley Cropping) dan pertanian sejajar kontur (Contour Farming), perencanaan hutan desa melalui sistem agroforestry, usahatani terpadu LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture), intensifikasi pekarangan, pengendalian hama dan penyakit dengan menganekaragamkan tanaman budidaya dan tanaman pagar serta penggunaan pestisida nabati (tumbuhan) atau hayati (mikroba), konservasi sumber daya genetika, sistem pertanaman campuran dan pergiliran tanaman, sistem pertanaman surjan yang cocok untuk daerah pasang surut atau rawan banjir, pertanian-perikanan terpadu, pertanian-peternakan terpadu, bahkan pertanian-peternakan-perikanan terpadu. Limbah padat dan limbah cair sebagai sumber pupuk organik akan mendukung semua jenis pertanian terpadu. Limbah ini bisa berupa bagas tebu, blotong, fermentasi slop (limbah cair pabrik alkohol), macam-macam limbah agroindustri, sampah kota, biogas, atau limbah cair hasil fermentasi biogas. Selain itu, tumbuhan air seperti Azolla pinnata, eceng gondok, alga biru, ganggang hijau juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Untuk mendukung sistem usahatani organik dan LEISA, diperlukan tanaman pupuk hijau seperti Calliandra calothyrsus, Leucaena glauca yang mendukung di lahan karena hasil residu tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai pupuk hijau.
3) Pemanfaatan Pupuk Hayati dan Pupuk Hijau
Jenis pupuk lainnya yang ramah lingkungan adalah pupuk hayati yang memanfaatkan mikroorganisme penambat nitrogen, yaitu Rhizobium, Azospirillum, Azotobakter, Cyanobakter. Mikroorganisme yang cukup penting dalam memanfaatkan fosfat di dalam tanah, adalah Bacillus polymyxa, Pseudomonas striata, Aspergillus awamori, Pencillium digitatum, Mikorisa, Ektomikoriza, dan masih banyak lagi. Pemanfaatan pupuk hayati dapat mempercepat penambatan nitrogen dalam tanah dan penyediaan unsur hara penting lainnya bagi tanaman. Semua mikroorganisme penting dalam pupuk hayati, bisa diinokulasi dalam jumlah yang cukup, sesuai kebutuhan dalam sistem pertanian organik.
Pemupukan bisa juga didukung dengan pemanfaatan pupuk hijau. Metode ini bukan merupakan hal yang baru karena sudah lama dikenal oleh petani lahan kering dan lahan basah. Pupuk hijau atau disebut juga tanaman pembenah tanah karena merupakan bahan terbaik untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Pupuk hijau berarti memasukkan bahan yang belum terdekomposisi ke dalam tanah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi tanaman. Pupuk hijau dimasukkan ke dalam lapisan olah, dan hasilnya dapat dilihat pada tanaman berikutnya. Manfaat pupuk hijau yang utama selain sebagai sumber bahan organik, juga sebagai sumber nitrogen.
Tanaman pupuk hijau dapat ditanam dalam beberapa bentuk kombinasi dan konfigurasi berdasarkan ruang dan waktu. Penggunaan tanaman pupuk hijau yang umum dilaksanakan di Indonesia adalah: perbaikan tanah selama periode pemberoan, budidaya lorong, memadukan legum pohon pada tanaman perkebunan, pemberoan terkendali, mulsa hidup, dan tanaman naungan. Beberapa jenis tanaman pupuk hijau yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kesuburan tanah, antara lain: Calliandra colothyrsus, Calopogonium mucunoides, Canavalia ensiformis, Canavalia gladiata, Centrocema pubescens, Crotalaria lanceolata, Dolichos lablab, Leucaena glauca, Mimosa invisa, Mucuna pruriens. Pupuk hijau biasanya merupakan alternatif terakhir sebagai sumber pupuk karena petani lebih senang memanfaatkan pupuk kandang atau membenamkan limbah panen.
4) Pengendalian Hama & Penyakit Terpadu serta Pemanfaatan Pestisida Hayati
Pengendalian hama dan penyakit terpadu, harus memahami prinsip-prinsip perlindungan tanaman, melalui praktik budidaya sebagai berikut: pengetahuan groekosistem; pertanaman campuran dan diversifikasi; pemanfaatan bentuk lahan sebagai habitat predator hama; pergiliran tanaman; irama alam dan saat tanam yang tepat; pemupukan dan kesehatan tanaman; pengolahan tanah; pemilihan varietas; kesehatan tanah; gatra sosial; pengendalian hama dan penyakit secara alami yang dapat dilakukan dengan pengendalian alami, perencanaan yang matang, penjaminan kebersihan kondisi lahan, belajar memahami hama yang ada, menggunakan teknik sederhana, menggunakan bahan beracun hanya dalam keadaan terpaksa dalam jumlah sangat terbatas, membuang tanaman yang lemah atau tumbuhnya kurang baik. Sementara itu, pemanfaatan pestisida hayati dapat dimulai dari bahan tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikenal dengan baik, misalnya ramuan untuk obat tradisional, bahan yang diketahui mengandung racun, mempunyai kemampuan spesifik dalam menangani hama, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut, selanjutnya diatur tingkat penggunaannya sesuai dengan kebutuhan. Beberapa jenis pestisida hayati yang sering digunakan, antara lain: bawang putih, jarak, jengkol, kecubung, lombok, mindi, nimba, pepaya, tembakau.
5) Pertanian Olah Tanah Minimum dan Tanpa Olah Tanah
Pertanian Olah Tanah Minimum (OTM) dan Tanpa Olah Tanah (TOT) merupakan praktik pertanian masa depan sesuai dengan LEISA sehingga petanitidak terlalu menghabiskan biaya untuk pengolahan tanah. Namun, hal ini hanyabisa dilakukan apabila kondisi tanah sudah cukup baik atau stabil pasca perlakuankimiawi sehingga terlepas dari ketergantungan penggunaan input luar kimiawi. Oleh karena itu, daur hara dalam tanah selanjutnya akan mengikuti alam secara alami (organik) sehingga keberlanjutan sistem pertanian terjamin dan OTM atau TOT bisa diterapkan.
ini yang aku cari, makasih gan artikelnya.
sharing juga ni, dengar-dengar blog jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia adalah blog baru yang cukup bagus menyediakan referensi seputar pertanian, sesuai dengan namanya jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia memang tidak hanya membahas teori saja, namun infonya juga bersifat aplikatif, karena itulah kadang juga saya mengunjunginya DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia